Kamis, 12 April 2007

IPDN.....masihkah layak?

2 minggu terkhir ini, kembali terulang peristiwa yang memilukan. Mahasiswa IPDN asal Sulawesi Utara harus meregang nyawa di lokasi yang seharusnya merupakan tempat "meguru" nuntut ilmu. Kampus yang bukan mendidik jadi militer kog jadi ajang "premanisme kriminal"? Visi Pendidikan berubah menjadi ajang pembunuhan (sorry.... ini pendapat pribadiku...). Kejadian tahun 2003, terulang lagi. Sistem pendidikan apa yang dianut IPDN? Masa... bisa kecolongan lagi, padahal setelah kejadian 2003 sudah ada tekad untuk merubah, memperbaiki sistem pengajaran di sana, ternyata korban jatuh lagi. Barang kali sudah banyak kejadian kekerasan yang tidak terekspos yang dialami junior-junior (sebutan mereka kan senior-junior...). Mungkin takut ancaman, jadinya terkubur begitu saja kejadian yang seharusnya tidak ada dalam dunia pendidikan. Menambah ilmu bukan menghilangkan nyawa.
Sontak komentar masyrakat dengan nada marah. Jelas marah dong....bagaimana jika kejadian itu menimpa keluarga para penganiaya....atau memang hal seperti itu pelajaran khusus di institusi itu (sekali lagi maaf.....komentarku terlalu sinis....), jadi ajang praktikum kali ye... penghilangan nyawa.
Dunia pendidikan seharusnya memberi bekal, membentuk moral, akhlak ke arah yang lebih baik, bukan menjadi bringas, tidak berperikemanusiaan. Tapi kenyataan, arena kebringasan tidak berpendidikan. Bagaimana bisa calon pemimpin dibina dengan cara seperti itu. Ya..jelas melahirkan pemimpin yang bringas dong....pendendam. Kan tidak benar lagi tujuan awal pendirian lembaga pendidikan kepunyaan depdagri itu. Kalau begitu, bubarkan aja, karena tidak ada jaminan tidak ada lagi korban di masa datang. Toh telah terulang kejadian meninggalnya salah seorang Praja, Cliff Muntu. Masih banyak Perguruan Tinggi yang jauh lebih baik (menurut aku lho....) Di daerah banyak, ngapain capek-capek kirim ke Jatinangor.
Dilatih ala militer, ya..jelas kelelahan, bagaimana mungkin optimal menyerap ilmu dengan kondisi badan lelah fisik, mungkin ngantuk-ngantuk juga. Kan IPDN bukan militer.... gimana sih. Membina kedisiplinan bukan dengan gojlokan fisik aja , disiplin dalam keilmuan dong. Beri sanksi DO kalau tidak bisa mencapai batas minimal nilai yang sudah ditentukan, sehingga akan memicu Praja untuk lebih maju, bukan sanksi fisik. Emangnya binatang yang harus diganjar pukulan dulu.....
Tadi malam, beberapa Gubernur memboikit IPDN, artinya tidak mengirimkan lagi putra-putri daerah belajar di IPDN. katanya IPDN dibenahi dulu, tapi sampai kapan? Kan kejadian itu terungkap setelah ada korban meninggal, sementara tindakan kekerasan di luar itukan tidak pernah diungkap. Siapa yang bisa menjamin kejadian seperti itu tidak terulang lagi. Jika tetap ngotot belajar di IPDN, siap-siap aja kehilangan nyawa. Miris memang.... Belajar untuk menghantar nyawa.... Malah temanku berseloroh Institut Penyiksaan Dalam Negeri. Institut Penganiayaan Dalam Negeri. Kog bisa ya...
Menurut pengakuan ibu salah seoatang penganiaya Cliff Muntu, bahwa anaknya sebelum ke IPDN adalah anak baik, santun, sopan.... eh setelah di IPDN kog bisa jadi berubah jahat. Lha, yang dibina di IPDN itu apa sih.... mental orang malah kog jadi jahat...
Bubarkan aja IPDN nya..toh masih banyak dunia pendidikan tinggi yang jauh lebih baik, misalnya UGM gitu lho.....
Udah yah..... lama-lama bosan dengar kata IPDN, kalau bisa dihapus aja. di dell gitu lho....

Tidak ada komentar: