Jumat, 27 April 2007

My First Tour of Duty on Depdagri

Nah...setelah menjalani kegiatan yang cukup padat, kembali aku sempatkan menilik blog ku ini, kangen bercerita, bertutur pengalaman dan perkenalan dengan saudara-saudaraku di Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Ini adalah tugas luar pertamaku setelah di Depdagri. Eksiting juga....setelah dua bulan aku bertugas, nah turun SPT mendampingi bosku (Kartiko Purnomo, Direktur Wilayah Administrasi dan Perbatasan) ke Tanjung Pinang. So... hari jumat sebelumnya semua urusan administrasi diselesaikan dulu. Teman-teman di kantor, Bu Rere, Bu Tatik dan Furqon, mbantu bangat, urus tiket and kontak ke Tanjung Pinang (maturnuwun sewu Thanks ya frend). Wahhh ternyata dapat tiket Garuda, exekutif lagi.... Minggu sore (22 April 2007) berangkat ke Bandara Sukarno Hatta, pesawat take off 15.35 WIB ( sebelumnya kebaktian pagi di GPIB Paulus, Sunda Kelapa, dekat Bappenas). (ada memory yang lain dengan bappenas, tp aku tuturkan next time aja ya....).
Waktu chek in, kan biasanya di bagian yang bisnis, eh...disuruh ke bagian yang ada karpet biru.... (ndak karpet merah ya...), ternyata kelas exekutif. Cuman...sempat ngotot-ngototan dengan petugas cek innya garuda, soalnya tanda pengenal bosku blm aku pegang, masih dalam perjalanan. Lha...sodorin SPT dari Dirjen, katanya gak bisa. Sampai panggil supervisornya, bule di belakangku udah pada ngomel, lama antri. Aku ngotot, kalau gak dikasi boarding pass nya pak kartiko, aku ndak beranjak. Akhirnya di kasi juga..... uh.. sebel juga.
Bosku bilang, Mo...inikan kelasnya Dirjen or Gubernur.....wah.... hebat skali.... (padahal aku yakin, Bosku udah sering gunakan kelas exekutif....). Aku yang dapat limpahan.... he..he....he....
Penerbangan ke Batam ditempuh 1 jam 20 menit, cepat juga... + dapat layanan exe......
Tiba di Bandara Hang Nadim, penjemput udah stand by and parkir di VVIP, padahal kita maunya biasa2 aja, ga' usah penyambutan seperti itu. Trus ke Punggur , Pelabuhan Fery sekitar 30 menit. Nyebrang sekitar 1 jam ke T. Pinang. Asyik....perjalanan laut, sedikit berombak, seperti di ayunan. Bos ku cerita tentang perjalan beliau sebelumnya ke Batam n Tanjung Pinang. Trus cerita tentang awan...kebetulan pemandangan sisi kiri kapal di kejauhan gelap dan hujan. Katanya awan seperti itu sangat ditakuti pilot, ada guntur dan goncangan - goncangan.
Tiba di T. Pinang, jemputan udah siap, langsung ke Hotel Bintan Beach Resort, cek in, dapat kamar yang bersebelahan dgn My Bos. Mungkin sdh diatur panitia. Dapat briefing, trus jamuan makan dengan Karo Pemerintahan. Wah...asyik juga, makan sea food. Sop ikan nya sedaaaap bangat. Trus makan Gong-gong (semacam keong laut). Pertama agak aneh juga makannya, sempat neg. Tapi aku coba makan, menghormati tuan rumah. Diajari cara cabut dagingnya dan buang sisa daging yang tidak bisa dimakan, agak aneh sih. tapi setelah campur saus kacang, ternyata enak bangat, kayak daging cumi. Katanya, makan gong-gong meningkatkan stamina dan libido laki-laki (apa betulll??) Katanya istri bisa kewalahan..... yah cueklah, sing penting enak dan kenyang..... gratis mbok.....
Nah...besok paginya acara inti, Bintek Penegasan Batas Daerah. Pesertanya banyak, camat se Provinsi, Kabag Pemerintahan, msh banyak lagi dari jajaran pemerintahan di Kepri.
Acara di buka SekProv (Bapak Edy Wijaya).... Salah satu pesannya menyangkut Pulau Berhala, yang disengketakan dengan Prov. Jambi. Pulau Berhala merupakan milik Prov. Kepri (harga mati) kata Pak Edy. Memang kedua Provinsi mempunyai argumen tersendiri yang menguatkan dasar kepemilikan P. Berhala tersebut. Dari sisi sejarah, kedua provinsi punya sejarah sendiri. Mana yang jadi pegangan? Dikelola berdua aja, sistem bagi hasil, kan jadi sejahtera masyarakat di P. Berhala. Jangan berantam lah....
Selanjutnya Bosku menjelaskan tugas-tugas. DirWilTas, yang sangat banyak, dan buat puyeng. Katanya staf di Batas Antar Daerah jarang smile saking menumpuknya tugas, ditambah lagi uneg-unek pejabat daerah dan dprdnya yang ngotot menggolkan keinginan mereka menyangkut perbatasan dan pemilikan suatu daerah or pulau. Beliau sangat piawai dan terstruktur menjelaskan beberapa kasus penyelesaian kasus-kasus perbatasan antar daerah. Kadang guyon, biar peserta gak tegang. 2 jam, terasa singkat karena materi dan penjelasannya menarik perhatian peserta, terlihat dari begitu antusiasnya para peserta memberi pertanyaan dan tanggapan, yang kesemuanya ditanggapi Kartiko Purnomo dengan lugas dan sesekali memasukkan pengalaman beliau menangani beberapa kasus di daerah.
Jam 1 cek out. Setelah makan siang, pamitan kepada Karo Pemerintahan, panitia dan seluruh peserta. Ternyata sdh disiapkan oleh-oleh untuk Pak Kartiko, Saya, dan titip untuk Pak Sri Sugondo, Kasubdit Batas Antar Daerah (bosku juga). Wah jadi tambah tentengan. Nyebrang lagi ke Batam. Sayangnya gak sempat ketemu temen2ku Imam dan Tanjung (Geodesi UGM 89) dan John T. Nuklir UGM 91). Padahal mereka rencananya "menculik" aku setibanya di Batam. Aku minta maaf ya... belum sempat meluangkan waktu, karena acara rapat udah antri di jakarta, so...harus balik jakarta. Next time ajalah.....
Besoknya masuk kantor, disposisi yang bersifat sangat segera udah di atas meja (Masalah desa 6 desa yang diperebutkan Halmahera Utara dengan Halmahera Barat di Maluku Utara). Kembali berkutat dengan penyelesaian masalah-masalah batas daerah, yang kadang buat mumet :) tapi menyenangkan.....he..he..he... trus, persiapan Rapat Sosialisasi Penegasan Batas Daerah besoknya (Rabu, 25 April 2007, di Hotel Mercure, selama 2 hari). Trus buat laporan tugas luar (ND Direktur ke Dirjen). Sampai telat pulang.
Puji Tuhan, semua dapat diselesaikan, termasuk kegiatan 2 hari di Mercure. Sukses & Thanks God.
Puji Tuhan

Rabu, 18 April 2007

Ruang Terbuka Hijau

Kemarin aku ikut sosialisasi Permendagri tentang RTHKP di Bangda Depdagri. Cukup antusias juga peserta dari daerah. Tapi aku ragu antusias mereka, ikut mendalami RTHKP nya atau jalan-jalan ke jakarta.
Bicara tentang Ruang Terbuka Hijau, sebenarnya sudah pembicaraan usang, udah lama bangat topik ini diperbincangkan. Tetapi program RTH sering kali terkalahkan oleh program yang lain, ada yang bilang dikorbankan malah dianaktirikan.
Ruang yang seharusnya hijau sebagai konservasi lingkungan, sering tergantikan or teralihfungsikan ke landuse yang lain. Tekanan ekonomi kadang lebih kuat, atau kepentingan penguasa yang tersusupi.
Dulu, waktu di Bappeda Prov. Sulut, topik seperti ini menjadi bagian dari "gawe"anku, karena berhubungan dengan Tata Ruang. Tapi sekarang, sepertinya tidakbersentuhan lagi he..he..he... tapi masih nyambung...sisa pengalaman nulis tesis RTH masih nyantol di otak.
Aku tulis sedikit hasil sosialisasi, nih....baca di bawah neh....

Permendagri No. 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP), merupakan pengganti Inmendagri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan RTH di Wilayah Perkotaan. Alasan pergantian peraturan tersebut karena Inmendagri No. 14 Tahun 1988 tidak sesuai lagi dengan perkembangan perundang-undangan atau kebutuhan saat ini.
Pengelolaan ruang di kawasan perkotaan mengalami tantangan yang cukup berat akibat tinginya pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi perkotaan yang pesat. Jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat dan pembangunan perkotaan dengan nilai ekonomis tinggi memberi implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, tekait dengan penyediaan kawasan hunian dan perdagangan. Akibatnya lahan ruang terbuka (hijau) cenderung dimanfaatkan dan dialihfungsikan menjadi daerah terbangun. Ruang terbuka hijau (RTH) seperti taman kota, jalur hijau, situ, atau sempadan sungai yang berfungsi sebagai resapan air dan penampungan air tanah lambat laun berkurang. Pohon-pohon hijau yang berfungsi sebagagi paru-paru kota tergantikan dengan bangunan pertokoan dan perkantoran. Juga fungsi lainnya yang belum tergantikan sebagai tempat olahraga dan rekreasi dan tempat masyarakat saling berinteraksi (nilai social ekonomi), dan sebagai keindahan lingkungan (nilai estetika) serta tempat posko pengungsian.

Hal ini memperlihatkan betapa semakin menurunnya kualitas lingkungan khususnya di kawasan perkotaan. Tak heran jika kota-kota (besar) di Indonesia sering mengalami banjir pada musim hujan (contoh : banjir di Jakarta awal Pebruari 2007) dan kelangkaan air pada musim kemarau, serta polusi udara tinggi. Penurunan kualitas RTH di kawasan perkotaan bisa dilihat dari menurunnya target luasan RTH dalam RUTR. Sebagai contoh, luasan RTH DKi Jakarta dalam RUTR 1983 – 2005 direncanakan sebesar 25,85%, pada saat ini menurun menjadi 13,94%, sementara kenyataan di lapangan saat ini hanya berkisar 9,04%. Demikian juga kota Malang hanya tersisa seluas 4% terhadap total luas wilayah kota.


Hal tersebut merupakan salah satu bukti kurang dihargainya eksistensi RTH yang sering dikorbankan padahal bernilai ekologis tinggi bagi terwujudnya lingkungan kota yang sehat, secara fisik maupun psikologis. Oleh karena itu penataan RTHKP sangatlah penting, baik dari segi penyediaan dalam luasan maupun kualitas yang memadai, baik pemeliharaan, pengamanan maupun pengendaliannya.


nah, segitu dulu ya...

Senin, 16 April 2007

Taman Eden

Dulu….waktu masa anak-anak nih.., mendengar cerita tentang taman eden (firdaus), wah…menarik skali. Kadang duduk tertegun (kadang lapar ndak terasa…) membayangkan taman eden dengan skala keindangan dan kedamaian yang ada di sana dengan versi bocah…lugu kali ye…. Terbayang tayangan kehijauan, kicau burung dan keakraban Manusia dengan binatang, full damai, peace…gitulah…. Masa kecil yang berfantasi Taman Eden, dan berkahayal sosok diriku hadir di taman. Wah..pengen skali ke taman eden…..

Tapi di mana yah letak taman eden itu?

Nah aku ada “cukil” dari beberapa tulisan tentang taman eden.

Taman Eden, dari bahasa Ibrani Gan Eden, גן עדן adalah sebuah tempat yang diceritakan dalam Kejadian 2 dan 3; Cerita Taman Eden mengisahkan tentang bagaimana Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, memerintahkan mereka untuk tidak memakan buah dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat, dan bagaimana mereka dikeluarkan dari taman tersebut setelah melanggar perintah-Nya, karena tergoda oleh ular, dan memakan buah dari pohon Pengetahuan tersebut. Sebagai bagian dari pengusiran tersebut, kherubim (malaikat-malaikat kecil) dan sebuah pedang berapi dipasang di depan taman tersebut, untuk mencegah manusia kembali dan memakan dari Pohon Kehidupan.

Nah ….menarik to…

Alkitab mengatakan letak dari Taman Eden adalah:

"Ada suatu sungai yang mengalir Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang." (Kejadian 2:10)

Dua sungai tersebut adalah Hiddekel (Tigris) dan Perath (Efrata).

Inilah sebabnya mengapa banyak orang-orang Kristen beranggapan bahwa taman yang asli terdapat disuatu tempat di daerah Mesopotamia (daerah sekitar Irak sekarang) dimana sungai Tigris dan Efrata mengalir di jaman sekarang ini.

Alkitab mencatat terjadinya air bah yang menghancurkan dunia, ribuan tahun setelah Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Lapisan dari endapan tanah yang bermil-mil tebalnya, menjadi saksi bisu dari terjadinya kerusakan yang terjadi secara besar-besaran yang diakibatkan perubahan air yang mana telah memporakporandakan dan mengubur dunia sebelum terjadinya air bah untuk selama-lamanya.

Setelah air bah, para orang-orang yang selamat (Keluarga Nuh) pindah ke dataran Shinar (Sumeria/Babilonia) dimana disana dapat kita temukan sungai-sungai yang dinamakan Tigris dan Efrata. Ini jelas bukan merupakan sungai-sungai yang sama. Sungai baru ini mengalir diatas lapisan batuan yang terbentuk oleh air bah dimana batuan ini mengandung milyaran tubuh yang mati (mereka yang terbunuh oleh karena air bah). Sungai-sungai ini mungkin dinamakan sama dengan nama sungai sebelumnya sebelum terjadinya air bah, yang mungkin sama seperti yang dilakukan para pendatang dari Ingris sewaktu datang ke Amerika dan Australia, dimana mereka mengambil nama yang sudah umum di negaranya untuk menamakan banyak daerah di tempat yang mereka sebut "Dunia Baru".

Sebagai catatan, Alkitab berbicara mengenai salah satu sungai terpecah menjadi empat anak sungai, hanya dua dari antaranya yang disebut Tigris dan Efrata. Dan keduanya bukanlah yang ditemukan di Asia tengah jaman sekarang ini.

Taman Eden telah dihancurkan oleh Air bah. Letak Taman Eden di dunia ini tidak pernah dapat ditentukan secara pasti --- sebagaimana kita tahu, letaknya adalah ditengah-tengah Samudra Pasifik sekarang.

Itulah uraian singkat (ilmiah dikit lah)

Taman Eden juga bisa hadir dalam hidupmu, begitu sari kotbah Pdt. Max Valerio, MA kemarin di Rehobot, Perdatam. Damai yang ada di Eden dulu adalah kesejukan yang terjadi ketika Tuhan berjalan bersama-sama dengan manusia, ada keakraban. Eden yang dulu adalah aktualisasi surga dalam bentuk realita. Surga berbicara dalam konteks roh. Nah, ketika manusia dapat berjalan dituntun oleh Tuhan, kedamaian, kesejukan, keakraban akan tercipta. Itulah Eden dalam dunia nyata.

Manusia diperintahkan untuk menguasai bumi dan menaklukkan binatang. Menguasai dalam arti mengelola, bukan untuk menguasai atau bersikap menjadi pemilik tunggal, yang bisa seenaknya merambah hutan, memburu binatang. Akhirnya hutan gundul, dunia fauna terancam. Keseimbangan alam terganggu, akhirnya banjir, wabah penyakit….. ulah manusia yang tidak menghadirkan Taman Eden dalam hidupnya.

Tidak pernah disebutkan untuk menguasai manusia. Tetapi kenyataan ada perbudakan. Penistaan hak azasi manusia. Yang lucunya, menurut sejarah nih… penyerahan atau perdagangan manusia (perbudakan) bercampur dengan kegiatan keagamaan. Manusia menunjukkan dua sisi yang bertentangan, tapi begitulah, kadang manusia bertopengkan agama untuk melegalkan keinginannya. Rusak dah… Kedamaian semakin jauh. Taman eden semakin jauh. Taman eden jadi taman edan karena manusia jadi edan.

Btw, setiap manusia akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya pada akhir raganya. Taman eden baru adalah bumi baru, karna yang lama sudah berlalu.

Jumat, 13 April 2007

Paskah

Hari ini, aku dapat lagi pencerahan hidup. sebagai seorang nasrani, aku bersyukur... ada keselamatan, ada kemenangan!
Siang jam 12.00 acara perayaan Paskah di jajaran departemen dalam negeri, di medan merdeka 7. Sukacita penuh, ketika aku dapat undangan perayaan paskah.
Tema : Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim, direndahkannya yang satu dan ditinggikannya yang lain (Mazmur 75: 7-8)

Ada satu bagian yang menarik dari kotbah yang dibawakan Pdt. H. Simanungkalit. Kematian yang membawa perubahan besar. Kematian Jesus, merupakan penebusan. Perubahan besar terjadi. Oleh KebangkitanNya, maut dikalahkan. Ada sukacita, pengharapan besar.....

Jangan makan yang bukan bagianmu. Artinya jangan mengambil sesuatu yang bukan merupakan hak. Sebagai kristen tidak dilarang kaya, justru diperintahkan untuk kerja keras, sehingga hidup lebih bermakna, dalam masa penantian datangnya Sang Penyelamat kedua kali. Bukan besantai-santai seolah-olah hari besok tidak ada lagi. Tetapi bekerja dan berusahalah seolah-olah tidak ada lagi hari besok. Beri yang terbaik saat (hari) ini. Itulah ibadah hidup.

Berilah sebagian milikmu kepada yang tidak berpunya. Hadirkan Jesus dalam setiap langkah hidup, jadilah penyelamat bagi yang lemah, bela yang benar.

Melalui serangkaian pengalaman yang menghinakan maupun yang menggembirakan di bawah penyertaan Allah, marilah kita menjadi bejana yang dapat Allah pecahkan dan dibentuk bagi pelbagai maksud dan TujuanNya untuk melayaniNya.

Indah RencanaMU Tuhan di dalam hidupku
Walau kutak tau dan ku tak mengerti semua jalanMu
Dulu ku tak tahu Tuhan berat kurasakan
Hati menderita dan ku tak berdaya menghadapi semua
Kini kumengerti sekarang Kau tolong padaku
Kini kumelihat dan ku merasakan Indah rencanaMU

Selamat Paskah....

Kamis, 12 April 2007

IPDN.....masihkah layak?

2 minggu terkhir ini, kembali terulang peristiwa yang memilukan. Mahasiswa IPDN asal Sulawesi Utara harus meregang nyawa di lokasi yang seharusnya merupakan tempat "meguru" nuntut ilmu. Kampus yang bukan mendidik jadi militer kog jadi ajang "premanisme kriminal"? Visi Pendidikan berubah menjadi ajang pembunuhan (sorry.... ini pendapat pribadiku...). Kejadian tahun 2003, terulang lagi. Sistem pendidikan apa yang dianut IPDN? Masa... bisa kecolongan lagi, padahal setelah kejadian 2003 sudah ada tekad untuk merubah, memperbaiki sistem pengajaran di sana, ternyata korban jatuh lagi. Barang kali sudah banyak kejadian kekerasan yang tidak terekspos yang dialami junior-junior (sebutan mereka kan senior-junior...). Mungkin takut ancaman, jadinya terkubur begitu saja kejadian yang seharusnya tidak ada dalam dunia pendidikan. Menambah ilmu bukan menghilangkan nyawa.
Sontak komentar masyrakat dengan nada marah. Jelas marah dong....bagaimana jika kejadian itu menimpa keluarga para penganiaya....atau memang hal seperti itu pelajaran khusus di institusi itu (sekali lagi maaf.....komentarku terlalu sinis....), jadi ajang praktikum kali ye... penghilangan nyawa.
Dunia pendidikan seharusnya memberi bekal, membentuk moral, akhlak ke arah yang lebih baik, bukan menjadi bringas, tidak berperikemanusiaan. Tapi kenyataan, arena kebringasan tidak berpendidikan. Bagaimana bisa calon pemimpin dibina dengan cara seperti itu. Ya..jelas melahirkan pemimpin yang bringas dong....pendendam. Kan tidak benar lagi tujuan awal pendirian lembaga pendidikan kepunyaan depdagri itu. Kalau begitu, bubarkan aja, karena tidak ada jaminan tidak ada lagi korban di masa datang. Toh telah terulang kejadian meninggalnya salah seorang Praja, Cliff Muntu. Masih banyak Perguruan Tinggi yang jauh lebih baik (menurut aku lho....) Di daerah banyak, ngapain capek-capek kirim ke Jatinangor.
Dilatih ala militer, ya..jelas kelelahan, bagaimana mungkin optimal menyerap ilmu dengan kondisi badan lelah fisik, mungkin ngantuk-ngantuk juga. Kan IPDN bukan militer.... gimana sih. Membina kedisiplinan bukan dengan gojlokan fisik aja , disiplin dalam keilmuan dong. Beri sanksi DO kalau tidak bisa mencapai batas minimal nilai yang sudah ditentukan, sehingga akan memicu Praja untuk lebih maju, bukan sanksi fisik. Emangnya binatang yang harus diganjar pukulan dulu.....
Tadi malam, beberapa Gubernur memboikit IPDN, artinya tidak mengirimkan lagi putra-putri daerah belajar di IPDN. katanya IPDN dibenahi dulu, tapi sampai kapan? Kan kejadian itu terungkap setelah ada korban meninggal, sementara tindakan kekerasan di luar itukan tidak pernah diungkap. Siapa yang bisa menjamin kejadian seperti itu tidak terulang lagi. Jika tetap ngotot belajar di IPDN, siap-siap aja kehilangan nyawa. Miris memang.... Belajar untuk menghantar nyawa.... Malah temanku berseloroh Institut Penyiksaan Dalam Negeri. Institut Penganiayaan Dalam Negeri. Kog bisa ya...
Menurut pengakuan ibu salah seoatang penganiaya Cliff Muntu, bahwa anaknya sebelum ke IPDN adalah anak baik, santun, sopan.... eh setelah di IPDN kog bisa jadi berubah jahat. Lha, yang dibina di IPDN itu apa sih.... mental orang malah kog jadi jahat...
Bubarkan aja IPDN nya..toh masih banyak dunia pendidikan tinggi yang jauh lebih baik, misalnya UGM gitu lho.....
Udah yah..... lama-lama bosan dengar kata IPDN, kalau bisa dihapus aja. di dell gitu lho....

Rabu, 11 April 2007

Pengalaman gado-gado

Tambah lagi ya.... sedikit cerita pengalamanku.

Kelar kuliah, aku mengawali karir as a PNS. Awalnya hanya iseng, ikut temen-temen Geodesi, katanya hanya latihan test cari kerja. Daftarnya aja hari tekahir, jam menjelang penutupan. Di Yogya (kangen main ke Yogya, suasana Jl. Kaliurang karangasem ct III/27 Yk, Gudeg Yu Djum :) ). Saat itu pengen PNS di Yogya, (Biar dekat Sultan + Ratu Hemas kali ye....). Tapi kenyataan lain, aku dan teman-teman dapat pangilan melapor ke Biro Bangda Depdagri, Jl. Kalibata Jakarta. Terima SK, Penempatan di Bappeda Prov. Sulawesi Utara. Jadilah CPNS. Status PNS Pusat diperbantukan ke Bappeda Prov. Sulawesi Utara. Wah...temanku iseng, jadi pembantu di Manado to Mo! yah..begitulah, namanya juga pelayan masyarakat. Tidak ada bayangan menjalani karir di Manado, tanah Kawanua. 3 orang asal Yogya ditempatkan di Manado, asyiknya penempatan pada 1 kantor, tambah temen & aku tetap bisa ngomong jawa (seperti waktu mahasiswa S1) he...he...he.... walaupun boso jawi pasaran, ora opo-opo sing penting ngerti.
Mengawali kerja, kata temen-temen Bappeda-ku, logatku Jowo bangat, jelas dong, 6 tahun di Yogya. Aku ditempatkan lagi sebagai staf yang menangani Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. ilmu geodesi ku ndak banyak yang yang teraplikasi (bukan instansi teknis sih...). Untungnya ada Proyek LREP, MREP yang berbasis Sistem Informasi Geografis. Nah, disitulah awalnya aku berkecimpung dengan masalah Tata Ruang, Perkotaan, Lingkungan Hidup, Perencanaan Pembangunan, dan masih banyak lagi. salah satu pelajaran penting yang terserap selama di Bappeda, penguasaan berbagai bidang secara makro, walaupun ada beberapa penguasaan sampai ke hal teknis. Bosku bilang, harus pintar, karena orang lain menganggap pegawai Bappeda tau banyak tentang banyak hal.
Kesempatan untuk mengembangkan kapasitas juga terbuka lebar, training perencanaan, peningkatan kemampuan bahasa inggris, training manajemen perkotaan, kelautan, kadang di Manado, Jakarta, Makassar, Yogyakarta. Rapat-rapat koordinasi juga membuka wawasan yang lebih luas dan mengunjungi kota dan daerah-daerah lainnya. Kesempatan S2 juga aku raih ketika aku bekerja di Bappeda Sulawesi Utara. Terakhir aku diberkati dan dapat anugerah sebagai Kepala Seksi Sarana Prasarana Bidang Penelitian, sebelumnya PLT Kasi IPTEK.
Banyak pengalaman yang menjadi catatan hidup, suasana kekeluargaan yang selalu memunculkan kehangatan, keceriaan. Hidup di Manado ternyata menyenangkan. Di Yogya senang, di Manado jg. Akhirnya aku simpulkan di manapun aku ditempatkan Tuhan, pasti dapat kesukacitaan. Amin!
Salah satu yang ndak bisa aku lupakan makanan minahasa (ada yang bilang makanan manado, rica-rica,, uh..sedap bangat. (masih aku usahakan setiap minggu mencicipi makanan khas kawanua itu). Ciri khasnya. pedaaaaaass mar enak tenan.... Makanan manado itu banyak sekali bumbu-bumbunya (rempah-rempah). Katanya banyak rumpu-rumpu.... jadi lapar nih... Pengen makan kuah asam kepala ikan kakap.......
Nah...sekarang aku di Jakarta, pindah kerja ke Ditjen Pemerintahan Umum. Kerjaan berbeda lagi, jadi tambah lagi wawasan dan temen-teman yang baru. Ada nuansa yang berbeda. Aku mulai lagi dari awal sebagai staf..he...he...he... resiko keinginan sendiri untuk pindah. Februari 2007 kembali kuawali karirku.

Selasa, 03 April 2007

About my new job

Setelah melalui kesibukan yang cukup menyita waktuku, karena di samping belajar dan memahami fokus kerja, juga harus mengikuti rapat-rapat di luar kantor dan di luar jam kerja, sampai tengah malam. Lelah. Walaupun melelahkan, berusaha melek, walaupun terkantuk-kantuk, tetapi harus tetap fokus menyelesaikan pokok bahasan.
Tetapi di luar rasa lelah, ada sesuatu yang menarik yang bisa dihikmati. Aku menemukan wawasan baru dan lingkungan baru dengan suasana yang baru juga. Hidup jadi lebih bervariasi.
Sudah dua bulan aku bekerja di Subdit Batas Antar Daerah Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan Ditjen Pemerintahan Umum, Departemen Dalam Negeri. Sehari-harinya tugasnya (tugas bersama teman-teman) adalah mengkoordinir penataan batas antar daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Ternyata penataan batas itu bukan pekerjaan yang sederhana. Secara teknis mungkin bisa diselesaikan sesuai target, tetapi kenyataan di lapangan sangat sulit sekali. Coba bayangkan, sejak lahirnya Republik ini trus lanjut dengan pemekaran-pemekaran daerah baru, ternyata batas antar daerah yang sudah terselesaikan belum mencapai 10% dari keseluruhan batas daerah. Banyak permasalahan yang muncul seiring berjalannya waktu.
Padahal upaya untuk penyelesaiannya sudah menyita waktu, tenaga, pikiran dan tentunya dana yang besar. Ternyata untuk mencapai kata "Sepakat" sangatlah sulit. Apalagi jika sudah ditopengi dengan kepentingan-kepentingan yang lain, seperti ekonomi, politik, adat. Malah sudah makan korban manusia. Mati sia-sia, terusir dari tempat tinggalnya, hewan piaraan yang dibunuh jika melintas daerah yang disengketakan. Kadang diluar akal sehat. Tapi begitulah realitanya. Belum lagi karena kepentingan segelintir orang, keadaan semakin keruh dengan ulah mereka yang memprovokasi orang-orang yang tidak tau menau permasalahan sebenarnya.
Para Pejabat, DPRD berlomba ke Jakarta beradu argumen untuk memenangkan keinginan mereka. Memang ada benarnya, tetapi kadang permasalahan yang akan dibicarakan salah tempat. Permasalahan di perbatasan antar daerah, kadang mengerucut ke permasalahan manusianya. Tetapi, masalah itu dicoba di fasilitasi dengan menghadirkan pejabat yang berkompeten atau menyarankan ke instansi yang menanganinya.
Banyak yang dipelajari, banyak yang diserap, tetapi masih banyak yang belum dipahami.
Aku enjoy dengan job yang baru. Walaupun sebelumnya, pekerjaanku di Manado, telah memberi kontribusi yang besar dalam pembentukan pola pikir, wawasan dan keahlian tertentu. nah...sekian dulu pengentar awal tentang pekerjaanku, masih banyak yang belum tertuliskan.
Ntar lanjut lagi..... CU