Kamis, 31 Mei 2007

Danau Toba - Samosir - Onan Runggu - Pakpahan



Kembali aku bercerita......

Kali ini liburan long weekend ( 17 - 20 Mei 2007), wisata ke danau toba.

Rencana liburan memang sudah direncanakan 1 minggu sebelumnya, kasak-kusuk cari tiket (yang murah meriah....). nah ketemunya penerbangan dengan AsiaAir, pesan lewat internet (pertama kali pesan lewat internet, dan pertama kali terbang bersama AsiaAir). Berangkat Rabu sore dan Pulang Sabtu malam. Untuk hari minggu tanggal 20 Mei, tiket mahal (mungkin sudah pada booking). Kali ini liburan dengan Terry Kepel.

Berangkat dari kost (kebon sirih timur gang 2 no. 10 jkt) pukul 15.00, ke blok m. Rencana bareng dengan Terry naik bis bandara. Eh...ditunggu-tunggu gak nongol-nongol, akhirnya berangkat sendiri pukul 15.30. Kesal juga, soalnya pesawat take off 17.55. Dia akhirnya ke bandara naik taxi. Eh....ternyata macet total sejak dari Pintu Tol Senayan...... Perasaan sudah gak karuan, bis jalannya merayap. Sambil telpon ke Terry posisi dimana, liat-liat jam (sama dengan penumpang yang lain), akhirnya tiba di bandara sukarno hatta pukul 17.50. Terry udah tiba 5 menit sebelumnya. Wah... udag gak yakin masih bisa cek in. Tapi coba aja, sambil lari-lari ke loket Asia Air, ternyata masih bisa, dan masih banyak yang datang belakangan. (ternyata delay 30 menit). Syukur....tiket gak hangus. Keinginan berwisata ke danau toba sudah di depan mata.
Tiba di medan sekitra jam 21.00, disambut hujan. Kami dijemput Lae Siahaan (suami kak Risma), masih berpakaian dinas (wah...langsung dari kantor, mauliate Lae....). Sambil bercerita dalam mobil, Lae Siahaan memperkenalkan beberapa lokasi di Medan ke Terry. Cuman agak gelap, udah malam dan hujan. Tiba di rumah Lae Siahaan, sekitar pukul 22. Disambut Kak Risma, bere Raymond dan Petrus. Selanjutnya ngobrol-ngobrol hinggatengah malam.
Besok paginya, kami diantar ke terminal bis dan memulai perjanan darat keluar medan. Tujuan Parapat. Dalam Bis sedikit gak nyaman, banyak asap rokok, dan penumpang rada gak sadar dengan kenyamanan orang lain. Melewati Tebingtinggi, Pematang Siantar trus ke Parapat. Sebelum memasuki Parapat dari kejauhan sudah tampak panorama indah danau toba.... ciptaan Tuhan yang luar biasa, begitu indah. Danau air tawar terbesar di dunia tersebut memiliki luas 110.260 hektar dan berada di ketinggian 1.000 meter di atas laut. Kelelahan dan ketidaknyamanan di bis, hilang.... rasanya segar.... ngantuk hilang. Sepanjang jalan, mata menoleh ke arah danau toba, hingga turun di terminal bis Parapat dekat pelabuhan penyeberangan. Sejenak memandang kapal ferry yang akan mengangkut kami ke Onan Runggu, Pakpahan. Setelah bertanya jadwal kerangkatan kapal, ternyata masih sempat menikmati ikan mujair bahar khas batak dan melepas penat duduk & ngobrol berdua. Uh... tabo...(enak gitu lho....). Tak lupa beli oleh-oleh untuk Namboru dan keponakan-keponakan, juga pisang goreng penambah kenikmatan ngobrol di kapal. Duduk di bagian dek atas, supaya lebih leluasa menikmati indahnya panorama danau toba dan lereng gunungnya. Sesekali bertanya kepada penumpang (pake bahasa batak lho...) desa-desa yang disinggahi kapal. Anak-anak kecil bermain di air di tepi pelabuhan, berenang sambil memberi lambaian tangan ke kami. Tentu momen ini aku abadikan dengan kamera yang tidak lepas-lepas jepret sana sini.
Setelah menyinggahi beberapa desa (pelabuhan), perjalanan 4 jam, tibalah di Onan Runggu. Tapi aku sedikit bimbang, tugu Pakpahan Huta Namora kog tidak nampak? Padahal sudah sempat turun dari kapal. Akhirnya kami naik lagi, setelah bertanya ke ABK kapal. Tuga Pakpahan Huta Namora masih 2 desa lagi yang tidak jauh dari Onan Runggu. Wah... senang bangat bisa benginjakkan kaki di desa ompungku, melihat simbol kampung Pakpahan Huta Namora, teringat saat kecil waktu pesta peresmian Tugu itu. Masyarakatnya tidak berobah, sangat ramah. Singgah di rumah Inang Uda (Pa Hian) (kebetuan lg ke kedukaan) trus jiarah ke makam ayah (Makam keluarga). Ciri Rumah Batak, dengan prasasti keterangan silsilah yang dimakamkan, pada sisi kiri makam. 5 Tahun lalu, bapakku dipanggil Bapa Yang Maha Kuasa dan dimakamkan di kampung halamannya, tempat kelahirannya. (jadi teringat lagu O.. Tano Batak)
Nginap 1 malam di rumah namboru (mauliate makan malamnya, enak bangat). Besok paginya perjalanan darat ke Pangururan. Naik beca mesin ke terminal di nainggolan ( Wah...beca mesin udah masuk samosir.... baguslah.....). Trus lanjut ke Pangururan, genjot-genjotan dalam mobil, maklumlah, masih sedikit angkutan. Menyisiri tepian pulau samosir, keindahan alam danau toba seakan tak lepas dari pandangan mata. Sambil dengar-dengar penumpang yang kental dengan bahasa batak, enak sekali didengar. Sesekali supir memutar lagu -lagu batak menambah romantisnya perjalananku kali ini.
Tiba di Pangururan sore hari, trus cari angkutan pulang ke Sidikalang. Masih sempat jalan-jalan baik beca di Pangururan, trus mengabadikan indahnya lukisan alam dari sudut kota Pangururan. Ada Pusuk Buhit (konon, sejarah orang batak bermula di situ). Melewati Tele, lokasi ketinggian, tempat yang cocok untuk menatap danau Toba dari kejauhan (namanya Panatapan).... jalan berliku-liku diantara lereng gunung. kadang mendebarkan melihat ke sisi mobil, jurang yang dalam. Tapi puji Tuhan, selamat akhirnya tiba di Sidikalang, rumahku, kampung halamanku. Mamaku dengan senyum ramah menyambut kami. Semalan di rumah, besok paginya (Sabtu) ke Medan,.....sore harinya ke Bandara Polinia Medan, menunggu di bandara, pesawat delay 1 jam. Akhirnya terbang dengan AsiaAir pukul 23.30. Ngantuk bangat,. Tiba di Jakarta Minggu subuh 01.40. Naik taxi, tiba di kost kebon sirih 02.20 WIB. Thanks God atas kesempatan ini.

2 komentar:

Big Antono mengatakan...

Hai Mr. Lomo,
Sepertinya semakin rajin menulis nih sejak jauh dari Manado. Kangen ya dengan tinutuan. Masih mo bale jo ka Manado?
:D

Halomoan Pakpahan mengatakan...

Makaseh...., kangen juga "main" ka manado, so lama nyanda makang ikan bakar di kalasey, atau makan mangga di depan rumahmu.he..he..he... Pisang goreng manado pake sambal roa pedess, sadap skali. Salam jo for Eka.